Kemana desa yang dulu nyaman???





Saat waktu berjalan cepat ,tak terasa usia terus bertambah,seolah terbangun dari tidur panjang dan terduduk dalam keadaan bingung saat meliat ke luar .
Pinggiran jalan yang dulu di tempati gedung-gedung tertutup di huni oleh burung-burung walet sekarang telah berubah menjadi pertokoan.
Sambil mengayuh sepeda terus melihat-lihat pinggiran jalan yang nampak aneh dan asing. Banyak para pedagang yang tidak di kenal menduduki lapak-lapak toko sewaan.
Rasa hati terus terenyah sambil mampir di warung kopi untuk sedikit menekan rasa bingung .
   * itu pertokoan siapa pak ?**
Sambil mengambil goreng pisang dan memasukan kedalam mulut menunggu jawaban dari tukang warung.
   * yang mana...?**
Balik si bapak bertanya sambil mengaduk kopi yang saya pesan dan matanya terfokus pada gelas kopi.
    ** Di depan pabrik kecap udang sari itu !**
Sambil menerima gelas kopi menujuk ke arah pertokoan sebrang jalan.
     ** ohh...!!! , itu ya..punya nya pabrik udang sari .**
Saya mengangguk kepalan perlahan .
     ** semenjak ada toserba SURYA...** 
Bapak itu kembali bicara tanpa ditanya karena melihat saya masih nampak bingung.
       ** Hampir semua bangunan di pinggir jalan di bangun pertokoan untuk di sewa , buat yang punya modal saja yang mampu menyewa lapak-lapak pertokoan dengan harga mahal,kalo orang kaya bapak mana mampu .**
Dengan krenyitan dahi seolah ada ketidakpuasan akan bergeraknya jaman yang memaksanya untuk memiliki lapak     ** terus bagaimana dengan bapak sendiri,sampai kapan bapak bisa bertahan di lapak lepas ini ? **
     ** Itulah yang sedang bapak pikirkan, entah mau pindah kemana lagi dagang warung kopi, maunya sih sewa lapak tapi apa mau dikata ,hasil dari berdagangpun masih belum mampu menutupi kebutuhan sehari-hari.**
Cuma menghela nafas,ada perasaan sedikit sesak mendengar keluhan si bapak.
    ** Kenapa bapak tidak mangajukan pinjaman ke bank BRI ? , kan ada program KUR ( Kredit Usaha Rakyat )**
Waduh, bapak gak paham yang kaya gitu ,maklum orang buta huruf,trus kalopun pinjam dari bank apa ketutup untuk bayar sewa lapak dengan hanya berjualan seperti ini  ?**

Lagi-lagi menghela nafas panjang,memang jaman yang menuntut orang-orang berkerja dan berfikir lebih efektif dan harus jeli melihat peluang disetiap kesempatan.

Ciledug kulon dulu dianggap kota hantu ,walau tidak terbilang sepi namun gedung-gedung sarang burung walet menampakan seolah gedung tanpa penghuni, sejalan kemajuan jaman yang meluai ramai dan bertambahnya populasi manusia yang signifikan menambah riuh daerah ciledug hingga mengganggu kelangsungan hidup burung-burung Walet hingga sedikit demi sedikit burung-burung itu pergi entah kemana ,imbasnya berkurang produksi air liur walet yang selama ini menjadi primadona bagi para pengusaha air liur walet.



Bersambung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FENOMENA KAUM MUNAFIKUN , BERIMBAS KAUM KAFIR BERANI MELECEHKAN ISLAM

Antisipasi besarnya debit air ciledug kulon merehab beberapa jembatan utama